Jakarta – Realisasi investasi di Indonesia baik dalam maupun luar negeri pada setiap tahun meningkat signifikan. Namun sayangnya, hal ini tidak berbanding lurus dengan peningkatan tenaga kerja dari dalam negeri. Penggunaan mesin sebagai pengganti tenaga kerja manusia menjadi penyebabnya.
Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, realisasi investasi kuartal I-2023 mencapai Rp 328,9 triliun, dan hanya menyerap 384.892 Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
“Memang idealnya padat karya itu berbanding lurus, tapi investasi yang masuk tidak padat karya, tapi sebagian besar (investasi masuk) high tech,” ungkap Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia dalam konferensi pers, Jumat (28/4/2023).
Secara historis, sejak 2019 penyerapan tenaga kerja di Indonesia dari realisasi investasi memang tidak pernah mampu menyerap hingga jutaan tenaga pekerja.
Berdasarkan data BKPM, di Indonesia penyerapan tenaga kerja hanya berkisar antara 235.401 orang hingga 384.892 orang. Penyerapan tenaga kerja terbanyak tercatat terjadi pada kuartal I-2023 yang mencapai 384.892 orang.
Dilihat lebih rinci, kata Bahlil sektor terbesar dalam PMA adalah industri logam dasar, barang logam bukan mesin dan peralatannya sebesar US$ 2,9 miliar. Selanjutnya transportasi, gudang dan telekomunikasi US$ 1,2 miliar dan industri kimia dan farmasi US$ 1,1 miliar.
“Ini gak bisa diapa-apain ini, ini teknologi semua,” jelasnya.
“Selanjutnya pertambangan ini mesin, kalau Freeport tidak lagi manusia, sudah robot semua, sudah kayak game, begitu canggihnya sekarang fasilitas teknologi yang ada.”
Meski demikian, Bahlil memastikan pemerintah tetap mengupayakan penambahan tenaga kerja. “Ini pun kita sudah bisa maksimal, kalau ada yang bisa tenaga orang kasih tenaga orang,” tegas Bahlil. (*)