Amerika Terancam Gagal Bayar Utang Rp 460.000 T

Jakarta – Amerika Serikat (AS) kembali terancam gagal bayar utang (default) dalam waktu dekat. Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen, bahkan sudah mewanti-wantinya sejak tahun lalu. Utang Amerika Serikat adalah utang negara yang terbesar di dunia.

Dari tahun ke tahun, jumlah utang Negara Adikuasa memang terus meningkat, disebabkan defisit fiskal yang terus membengkak, dan semakin terakselerasi memasuki abad 21.

Utang Amerika Serikat menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460 ribu triliun (kurs Rp 14.900/US$) pada Oktober tahun lalu.

Data dari Kementerian Keuangan menunjukkan per 31 Maret utang Amerika Serikat menembus US$ 31,45 triliun, menjadi yang terbesar di dunia. Bahkan sangat jauh di atas Inggris, negara dengan utang terbanyak kedua di dunia yang nilainya tidak sampai US$ 9 triliun.

Akibat terus membengkak, masalah pagu utang berulang kali terjadi di Amerika Serikat. Perdebatan masalah ini pun kerap terjadi di Parlemen di AS (Kongres). Kali terakhir pagu ini dinaikkan pada Desember 2021 sebesar US$ 2,5 triliun menjadi US$ 31,4 triliun.

Berita Terkait:  GMPI Penuhi Undangan Muktamar Pemuda PAS Malaysia

Artinya batas utang tersebut sudah dicapai, dan Kementerian Keuangan AS tidak bisa lagi menerbitkan obligasi untuk membiayai belanja.

Alhasil, pemerintah AS harus mengurangi belanja, memilih mana yang harus dipenuhi, membayar gaji pegawai negeri, manfaat Jaminan Sosial, atau bunga utang. Jika pemerintah AS memilih tidak membayar bunga utang, maka disebut default.

Namun, untuk diketahui sepanjang sejarah modern Amerika Serikat tidak pernah mengalami gagal bayar. Jika sampai terjadi, maka dampaknya akan parah.

Yellen memperingatkan bahwa kegagalan Kongres untuk menaikkan pagu utang yang menyebabkan gagal bayar akan memicu “malapetaka ekonomi”, suku bunga lebih tinggi untuk tahun-tahun mendatang.

“Kegagalan utang kami akan menghasilkan bencana ekonomi dan keuangan,” kata Yellen kepada anggota Kamar Dagang Metropolitan Sacramento, Selasa (25/4/2023).

“Kegagalan akan menaikkan biaya pinjaman selamanya. Investasi masa depan akan menjadi jauh lebih mahal,” tuturnya, dikutip dari Reuters.

Ketika gagal bayar terjadi, peringkat kredit Amerika Serikat akan di-downgrade. Pelaku pasar bisa berondong-bondong menjual surat utang AS (Treasury), yieldnya akan melesat naik dan bisa mempengaruhi suku bunga di Amerika Serikat. Treasury tidak lagi dipandang sebagai aset aman (safe haven).

Berita Terkait:  Tekan Harga Gula, Bulog Gandeng Rekor dan KPP Gelar Operasi Gula Murah

Dalam kondisi tersebut, pasar saham AS (Wall Street) juga diprediksi akan merosot. Pada April 2011 saat S&P menurunkan peringkat utang AS dari AAA menjadi AA+, indeks Dow Jones langsung anjlok 140 poin saat pembukaan.

Apalagi jika sampai terjadi gagal bayar, penurunan peringkat utang bisa sangat tajam, dan gejolak di pasar finansial tentunya akan sangat besar, tidak hanya di Amerika Serikat tetapi juga dunia. (*)

Related Articles

Tinggalkan Komentar

Stay Connected

0FansSuka
24PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Latest Articles

%d blogger menyukai ini: