Jakarta – Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan tengah melanda perusahaan-perusahaan teknologi raksasa. Bahkan pekerja layanan informasi diproyeksikan menjadi yang paling beresiko kehilangan pekerjaan dalam beberapa bulan mendatang. Maraknya PHK akhir-akhir ini terjadi melanda perusahaan baik di dalam negeri maupun luar negeri.
Hal tersebut terungkap menurut “indeks risiko kehilangan pekerjaan” yang baru saja dikeluarkan oleh The Conference Board lembaga think tank nirlaba global dan organisasi keanggotaan bisnis.
Mengutip CNBC Make It, berdasarkan kondisi ekonomi saat ini, terdapat tiga sektor yang menghadapi risiko PHK tertinggi dalam beberapa bulan mendatang. Pertama Layanan informasi, kedua Transportasi dan pergudangan, ketiga konstruksi.
Indeks tersebut menghitung risiko PHK setiap industri berdasarkan enam faktor. Diantaranya adalah keterpaparannya terhadap kekurangan tenaga kerja, kepekaan terhadap kebijakan moneter.
Kemudian, fungsi pekerjaan dan tingkat pendidikan yang dibutuhkan, keadaan pemulihan pandemi, tren jangka panjang dalam permintaan tenaga kerja, dan komposisi usia dan tingkat pengalaman tenaga kerjanya.
Ekonom senior di The Conference Board Frank Steemers mengatakan pekerjaan layanan informasi, mulai dari insinyur perangkat lunak hingga perekrut bakat teknologi, paling berisiko terkena PHK dalam potensi resesi.
Hal tersebut menyusul jumlah karyawan yang tumbuh begitu cepat selama masa pandemi, didorong oleh perubahan perilaku konsumen yang mengharuskan bisnis untuk memindahkan semuanya secara online.
Perusahaan teknologi dengan pertumbuhan tinggi juga lebih sensitif terhadap kenaikan suku bunga yang telah terjadi hampir setahun belakangan ini.
Steemers memproyeksikan AS bakal jatuh ke dalam resesi jangka pendek dan dangkal pada kuartal kedua selama tiga kuartalan. Namun ia memprediksi potensi resesi akan ringan dan tidak separah resesi covid-19 atau akibat krisis keuangan pada 2007-2008.
Menurut dia, bahkan apabila AS jatuh ke dalam resesi, banyak sektor masih akan kekurangan tenaga kerja karena sejumlah alasan. Misalnya seperti pensiunan Generasi Baby Boomer dan kebijakan imigrasi yang terbatas.
“Selalu sulit untuk merekrut, tetapi sekarang lebih sulit karena demografi tidak bertambah lagi,” kata Steemers dikutip Minggu (16/4/2023).
Sementara itu, sektor-sektor yang cenderung paling tangguh dalam resesi di masa depan dengan risiko PHK terendah salah satunya yakni Pemerintahan. Pasalnya, tidak seperti pegawai swasta lain, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dinilai paling aman lantaran tidak akan terkena PHK atau diberhentikan.
Kemudian yang kedua yakni Layanan pendidikan swasta, ketiga Kesehatan, dan keempat adalah Akomodasi dan layanan makanan. Adapun pekerjaan di pemerintahan, pendidikan swasta, dan bantuan kesehatan dan sosial diharapkan tetap tangguh karena kurang sensitif terhadap perubahan suku bunga, dan pemberi kerja di sektor ini tidak mempekerjakan terlalu banyak seperti yang lain. (*)