Jakarta – Runtuhnya raksasa perbankan Credit Suisse memakan “korban baru”. Ini terkait negara asal bank itu, Swiss. Sebelumnya hal serupa terjadi di Amerika Serikat setelah bank raksasa Silicon Valley Bank dan Signature Bank kolaps di negara itu.
Gonjang-ganjing bank mengirimkan gelombang kejutan pada pasar keuangan dan memukul reputasi Swiss untuk stabilitas. Bahkan, Negeri Alpen itu disebut-sebut seperti ‘Republik Pisang Keuangan’.
UBS, bank terbesar di Swiss, pada hari Minggu setuju untuk membeli Credit Suisse, yang notabenenya saingan domestiknya. Pembelian seharga 3 miliar franc Swiss (Rp 49 triliun).
Kesepakatan ini didorong Pemerintah Swiss yang melobi pemotongan harga demi menyelamatkan raksasa perbankan itu. Kesepakatan penyelamatan, di mana negara sangat bergantung pada keuangan untuk perekonomiannya, dianggap berada di jalur yang tepat karena dua bank terbesar dan terkenalnya bergabung menjadi satu raksasa keuangan.
Namun sejumlah pengamat berkata lain. Persoalan Credit Suisse merusak citra negeri itu.
“Kedudukan Swiss sebagai pusat keuangan hancur berantakan. Negara itu sekarang akan dipandang sebagai republik pisang keuangan,” kata Octavio Marenzi, CEO Opimas, dalam sebuah catatan penelitian, kepada CNBC International, Selasa, (21/3/2023).
“Bencana Credit Suisse akan berdampak serius bagi lembaga keuangan Swiss lainnya. Reputasi di seluruh negeri dengan manajemen keuangan yang hati-hati, pengawasan peraturan yang baik, dan, sejujurnya, karena agak masam dan membosankan terkait investasi, telah terhapus,” tambahnya.
Di bawah ketentuan pengambilalihan darurat, investor dalam obligasi tingkat satu Credit Suisse akan melihat nilai kepemilikan mereka dipangkas menjadi nol. Ini berarti investasi yang saat ini senilai kira-kira 16 miliar franc akan menjadi tidak berharga.
Obligasi AT1, juga dikenal sebagai contingent convertibles atau ‘CoCos’, adalah jenis utang yang dianggap sebagai bagian dari modal regulasi bank. Pemegang dapat mengubahnya menjadi ekuitas atau menuliskannya dalam situasi tertentu, misalnya ketika rasio modal bank turun di bawah ambang batas yang disepakati sebelumnya.
“Dukungan pemerintah yang luar biasa akan memicu penghapusan total nilai nominal semua utang AT1 Credit Suisse dalam jumlah sekitar CHF 16 miliar, dan dengan demikian meningkatkan modal inti,” kata regulator keuangan Swiss, FINMA.
Langkah tidak konvensional ini bertentangan dengan praktik umum yang memprioritaskan pemegang obligasi daripada pemegang saham ketika sebuah bank bangkrut dan memicu gejolak di pasar.
Vítor Constâncio, yang menjabat sebagai wakil presiden Bank Sentral Eropa dari 2010 hingga 2018, mengatakan melalui Twitter bahwa pengumuman FINMA adalah ‘kesalahan dengan konsekuensi dan berpotensi menjadi sejumlah kasus pengadilan’.
ECB dan Bank of England pun sama-sama berusaha menjauhkan diri dari keputusan FINMA. Regulator Uni Eropa, yang terdiri dari ECB, Otoritas Perbankan Eropa dan Dewan Resolusi Tunggal, mengatakan mereka akan terus memaksakan kerugian pada pemegang saham sebelum pemegang obligasi.
“Pendekatan ini telah diterapkan secara konsisten dalam kasus-kasus sebelumnya dan akan terus memandu tindakan pengawasan perbankan Dewan Resolusi Tunggal dan ECB dalam intervensi krisis,” kata regulator Uni Eropa.
“Pemegang instrumen semacam itu harus menghadapi kerugian dalam resolusi atau kebangkrutan sesuai urutan posisi mereka dalam hierarki ini,” kata BOE. (*)