Jakarta – Harga batu bara semakin ambruk pada pekan lalu. Pada perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (17/3/2023), harga batu bara kontrak April di pasar ICE Newcastle ditutup melemah 2,56% ke posisi US$ 175,05 per ton.
Harga pasir hitam terus menurun sepanjang lima hari perdagangan pada pekan lalu.
Secara keseluruhan, harga batu bara ambruk 9,3% pada pekan lalu. Artinya, harga batu bara sudah jatuh selama 15 pekan terakhir, kecuali pada pekan terakhir Desember 2022 dan Februari 2023.
Harga pasir hitam juga diperkirakan masih melemah pada pekan ini. Harganya masih sulit bangkit karena permintaan yang lemah serta anjloknya harga gas. Pasokan yang memadai juga membuat pasir hitam sulit merangkak naik.
Proyeksi permintaan yang lemah muncul, terutama datang dari Eropa. Permintaan listrik dari pembangkit batu bara Jerman sudah melandai pekan lalu dan diperkirakan terus melandai pekan ini.
Permintaan turun karena meningkatnya pasokan listrik dari tenaga angin serta murahnya harga gas.
Pekan lalu, pemerintah Jerman juga mengumumkan akan menutup tambang batu bara LEAG pada akhir 2030. Rencana penutupan tersebut maju delapan tahun dari rencana awal yakni 2038.
Jerman sudah berbicara dengan LEAG soal penutupan tersebut. LEAG merupakan pemilik tambang terbesar kedua di Jerman.
Pemerintah Jerman sebelumnya juga sudah mencapai kesepakatan dengan produsen listrik RWE AG untuk tidak lagi menggunakan batu bara pada 2030.
Jerman berambisi untuk mengurangi emisi hingga dua pertiga dari saat ini dan menghasilkan 80% energi mereka dari energi baru dan terbarukan.
Kontribusi pembangkit listrik batu bara saat ini berada di kisaran 30% dari total listrik yang diproduksi negara tersebut.
Harga batu bara juga diproyeksi melandai karena terus anjloknya harga gas.
Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) ambruk 18,9% pekan lalu ke 42,86 euro per mega-watt hour (MWh). Harga tersebut adalah yang terendah sejak Agustus 2021.
Dengan harga batu bara yang terus turun maka orang akan berpindah dari batu bara ke gas. Suhu di Eropa memang diperkirakan akan lebih dingin hingga akhir Maret.
Namun, dengan pasokan gas dan batu bara yang memadai maka pelaku pasar tidak khawatir dan buru-buru meningkatkan impor batu bara.
Pasokan batu bara yang memadai bisa terlihat di pelabuhan utama Eropa yakni Amsterdam, Rotterdam, dan Antwerp (ARA).
Pada pekan lalu, pasokan batu bara mencapai 5,6 juta ton atau 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2022.
Harga batu bara juga belum membaik karena China sebagai penggerak utama harga batu bara dunia belum meningkatkan pemesanan secara signifikan.
Tiongkok diperkirakan tidak akan mengimpor batu bara besar-besaran dalam jangka pendek karena masih lesunya industri dan mahalnya harga batu bara kokas.
Produksi batu bara mereka juga masih sangat memadai.
Produksi batu bara China menembus 734,23 juta ton pada Januari-Februari 2023. Jumlah tersebut meningkat 5,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan produksi ini membuat Tiongkok optimis bisa menghadapi kebutuhan batu bara thermal dan bisa menekan impor.
Dengan melemahnya impor maka harga batu bara bisa terus tertekan mengingat China adalah konsumen terbesar batu bara di dunia. (*)